Selasa, 07 Januari 2014

MAKALAH KASUS RIIL KOROSI ( KOROSI PADA ATAP SENG )

BAB I
PENDAHULUAN

A.    KOROSI
Korosi pada logam telah berabad-abad menimbulkan masalah dan hal ini jelas menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Korosi menyerang hampir semua peralatan yang terbuat dari logam. Mulai dari peralatan dapur, mesin cuci, sampai mesin mobil. Korosi dapat terjadi di rumah, kebun, alat transportasi, industri dan pipa-pipa bawah tanah. Hampir semua sektor industri mempunyai permasalahan dengan korosi. Misalnya sektor industri logam, industri perhubungan, industri pertambangan dan energi, pekerjaan umum, industri pertanian dan lain sebagainya. Permasalahan yang timbul dapat berupa kerusakan, umur pakai barang yang tidak memenuhi harapan sampai pada faktor keamanan yang tidak memadai.
Proses korosi adalah suatu proses alamiah yang berkaitan dengan penurunan mutu logam sebagai akibat dari hasil interaksi logam tersebut dengan lingkungannya. Dengan demikian, proses korosi akan senantiasa terjadi di berbagai bidang dimana terdapat logam sebagai bahan utamanya. Konsekuensi korosi sangat jelas bagi kita, banyak komponen harus diganti, pelanggan menjadi tidak puas dan banyak lagi masalah finansial yang rumit. Oleh karena itu pengembangan sumber daya manusia dan teknologi di dalam negeri, akan sangat membantu masyarakat untuk mendapatkan biaya penanggulangan yang relatif murah, dan mendapatkan alternatif pemecahan yang didasari oleh kemampuan sendiri.

B.    PENGERTIAN KOROSI
Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida dan karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3. xH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.
Fe(s) ↔ Fe2+(aq) + 2e Eº = +0.44 V
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain besi itu yang bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.
O2(g) + 2H2O(l) + 4e ↔ 4OH-(aq) Eº = +0.40 V
atau
O2(g) + 4H+(aq) + 4e ↔ 2H2O(l) Eº = +1.23 V
Ion besi (II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi (III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, Fe2O3. xH2O, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
 Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap elektroda lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.

C.    JENIS-JENIS KOROSI
1.    Korosi Homogen
Korosi homogen terjadi karena reaksi electro chemical yang secara homogen terjadi karat ke seluruh bagian material yang terbuka (telanjang).
Sifat
-    Merata dan material menipis
-    Kehilangan tonage besar dan kecepatan tinggi
Contoh :
korosi pada badan kapal, pilar – pilar pelabuhan, korosi pada kaki kaki jacket, sebatang besi yang tercelup larutan asam sulfat, atap seng
Pencegahan :
Pemilihan material yang sesuai, coating yang sesuai, penambahan inhibitor dan katodic protection

2.    Galvanic Corrosion
Apabila terjadi kontak atau secara listrik kedua logam yang berbeda potensial tersebut akan menimbulkan aliran elektron/listrik diantar kedua logam. Logam yang mempunyai tahanan korosi rendah ( potensial rendah) akan terkikis dan yang tahanan korosinya lebih tinggi (potensial tinggi) akan mengalami penurunan korosinya. Galvanic corrosion dipengaruhi oleh, lingkungan, jarak, area/luas
Pencegahan :
Memilih logam dengan posisi deret sedekat mungkin, menghilangkan pengaruh rasio luas penampang yang tidak diinginkan, memberikan isolasi diantara dua logam yang berbeda bila memungkinkan, penerapan coating dengan mengutamakan pada logam anode, penambahan inhibitor dengan cermat untuk mengurangi keagresifan logam dalam proses korosi, pencegahan sistem sambungan mur baut dengan bahan berbeda dengan logam induknya.

3.    Crevice Corrosion
Sifat :
-    Tidak tampak dari luar dan sangat merusak konstruksi
-    Sering terjadi pada sambungan kurang kedap
-    Penyebabnya, lubang, gasket, lap joint, kotoran/endapan
Mekanisme
Oksidasi :             M    + 1e
Reduksi :             O2 + 2H20 + 4e  4OH-

Pencegahan :
-    Penggunaan sistem sambungan butt joint dengan pengelasan dibanding dengan sambungan keling untuk peralatan peralatan baru
-    Celah sambungan ditutup dengan pengelasan menerus atau dengan soldering
-    Peralatan – peralatan harus diperiksa dan dibersihkan secara teratur, terutama pada sambungan – sambungan yang rawan
-    Hindari pemakaian packing yang bersifat higroskopis
-    Penggunaan gasket dan absorbent seperti teflon jika memungkinkan
-    Pada desain saluran drainase,hindari adanya lengkungan – lengkungan tajam serta daerah genangan fluida

4.    Filiform Corrosion
Sifat
Serangan dari korosi ini tidak merusak komponen utama metal tetapi hanya mempengaruhi atau merusak penampilan permukaan metal dimana permukaan dan penampilan kaleng makanan atau minuman.
Mekanisme terjadinya
Mekanisme terjadinya korosi ini merupakan kasus khusus untuk jenis korosi celah. Selama pertumbuhannya, pada bagian kepala unsur seperti H2O dan O2 dari udara luar secara osmosis. Kedua unsur ini selanjutnya bereaksi dengan ion Fe konsentrasi tinggi membentuk oksida Fe. H2O dan O2 ini akan berdifusi masuk kebagian kepala dan keluar dari bagian ekor secara terus menerus, korosi tertahan dibagian kepala dimana hidrolisa yang terjadi dibagian kepala menyebabkanlingkungan yang bersifat asam, sehingga korosi ini dapat menyebar secara otomatis
Pencegahan secara global
-    Menyimpan material berlapis metal (email) didalam  kondisi kering
-    Memberikan lapisan brittle film



5.    Intergranular Corrosion
Mekanisme Penyebab
Korosi intergranular terjadi pada daerah tertentu dengan penyebab grain boundary. Hal ini disebabkan oleh adanya kekosongan unsur/elemen pada kristal ataupun impurities dari proses casting. Korosi ini terjadi pada casting and welding
Pencegahan
Casting, pada proses ini harus dilakukan dengan jalan mengecor logam dengan step yang benar, komposisi yang benar dan pendinginan yang benar sesuai dengan karakteristik masing – masing logam dan kegunaannya. Welding, pemilihan elektrode yang benar, prosedur pengelasan yang benar, pendinginan yang benar.

6.    Pitting Corrosion
Adalah bentuk pengkaratan yang terpusat pada satu titik dengan kedalaman tertentu.
Sifat
-    Terpusat pada titik, kecil/dalam, susah dideteksi, lamert/arah gravitasi
Mekanisme
-    Dalam hal ini pH sangat mempengaruhi, pitting corrosion adalah korosi yang secara alami merupakan reaksi auto katalic.
Pitting corrosion perlu diantisipasi adanya perbedaan katodik dengan anodik sehingga dalam membuat suatu konstruksi tidak akan berakibat fatal hanya karena korosi yang tidak tampak dari luar

7.    Selective Leaching
Adalah penghilangan suatu elemen alloy pada melalui proses korosi. Contoh proses penghilangan/pelepasan Zn dari grass alloy. Contoh lain adalah lunturnya salah satu unsur dari kobalt, chrom, alumunium dalam suasana alloy dengan Fe
Mekanisme :
Kuningan mengurai, Ion ZN berada dalam larutan, the cooper plate kembali ke plat
Reaksi
2Zn         + O2                       ZnO
Zn           + 2OH                    Zn(OH)

Cara pencegahan
Proses dezincification dapat dikurangi dengan meminimalkan keganasan lingkungan atau dengan katodic protection.

8.    Korosi Erosi
Korosi erosi adalah percepatan atau penambahan keburukan sifat material karena gerakan relatif antara fluida korosif dan permukaan metal
Faktor yang mempengaruhi
-    Permukaan film
-    Kecepatan, bertambahnya kecepatan secara umum akan mengakibatkan bertambahnya pengikisan terutama jika diselubungi aliran yang berkecepatan kuat.
-    Turbulen, turbulen mengakibatkan gerakan cairan lebih besar pada permukaan logam dibanding laminar dan terjadi persentuhan yang lebih antara logam dengan sekitarnya
-    Efek galvanic dan sifat metal/campuran
Cara mengatasi korosi erosi
-    Material dengan ketahanan korosi yang baik
-    Perancangan, penambahan diameter pipa membantu dari segi mekanika dalam hal pengurangan kecepatan dan membuat agar aliran yang terjadi adalah aliran laminar
-    Perubahan pada lingkungan, deareation dan penambahan inhibitor
-    Coating dan kathodic protection.

D.    PERKEMBANGAN KOROSI
Korosi pada logam menimbulkan kerugian tidak sedikit. Hasil riset yang berlangsung tahun 2002 di Amerika Serikat memperkirakan, kerugian akibat korosi yang menyerang permesinan industri, infrastruktur, sampai perangkat transportasi di negara adidaya itu mencapai 276 miliar dollar AS. Ini berarti 3,1 persen dari Gross Domestic Product (GDP)-nya. sebenarnya, negara-negara di kawasan tropis seperti Indonesia paling banyak menderita kerugian akibat korosi ini. tetapi, tidak ada data yang jelas di negara-negara tersebut tentang jumlah kerugian setiap tahunnya. 
Korosi yang dipengaruhi oleh mikroba merupakan suatu inisiasi atau aktifitas korosi akibat aktifitas mikroba dan proses korosi. Korosi pertama diindentifikasi hampir 100 jenis dan telah dideskripsikan awal tahun 1934. bagaimanapun korosi yang disebabkan aktifitas mikroba tidak dipandang serius saat degradasi pemakaian sistem industri modern hingga pertengahan tahun1970- an. Ketika pengaruh serangan mikroba semakin tinggi, sebagai contoh tangki air stainless steel dinding dalam terjadi serangan korosi lubang yang luas pada permukaan sehingga para industriawan menyadari serangan tersebut. Sehingga saat itu, korosi jenis ini merupakan salah satu faktor pertimbangan pada instalasi pembangkit industri, industri minyak dan gas, proses kimia, transportasi dan industri kertaspulp. Selama tahun 1980 dan berlanjut hingga awal tahun 2000, fenomena tesebut dimasukkan sebagai bahan perhatian dalam biaya operasi dan pemeriksaan sistem industri. Dari fenomena tersebut, banyak institusi mempelajari dan memecahkan masalah ini dengan penelitian-penelitian untuk mengurangi bahaya korosi tersebut. 
Mikroba merupakan suatu mikrooranisme yang hidup di lingkungan secara luas pada habitat-habitatnya dan membentuk koloni yang pemukaanya kaya dengan air, nutrisi dan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan mikroba terjadi pada rentang suhu yang panjang biasa ditemukan di sistem air, kandungan nitrogen dan fosfor sedikit, konsentrat serta nutrisi-nutrisi penunjang lainnya. 
Mikroorganisme yang mempengaruhi korosi antara lain bakteri, jamur, alga danprotozoa. Korosi ini bertanggung jawab terhadap degradasi material di lingkungan. Pengaruh inisiasi atau laju korosi di suatu area, mikroorganisme umumnya berhubungan dengan permukaan korosi kemudian menempel pada permukaan logam dalam bentuk lapisan tipis atau biodeposit. Lapisan film tipis atau biofilm. Pembentukan lapisan tipis saat 2 – 4 jam pencelupan sehingga membentuk lapisan ini terlihat hanya bintik-bintik dibandingkan menyeluruh di permukaan.  
Lapisan film berupa biodeposit biasanya membentuk diameter beberapa centimeter di permukaan, namun terekspos sedikit di permukaan sehingga dapat meyebabkan korosi lokal. Organisme di dalam lapisan deposit mempunyai efek besar dalam kimia di lingkungan antara permukaan logam/film atau logam/deposit tanpa melihat efek dari sifat bulk electrolyte. 
Mikroorganisme dikatagorikan berdasarkan kadar oksigen yaitu : 1. Jenis anaerob, berkembang biak pada kondisi tidak adanya oksigen. 2. Jenis Aerob, berkembang biak pada kondisi kaya oksigen. 3. Jenis anaerob fakultatif, berkembang biak pada dua kondisi. 4. Mikroaerofil, berkembang biak menggunakan sedikit oksigen.


















BAB II
KASUS RIIL KOROSI
“KOROSI PADA ATAP RUMAH YANG TERBUAT DARI SENG”

A.    SIFAT KIMIA DAN FISIKA PADA SENG
1.    Senyawa Seng
Terdapat berbagai jenis senyawa seng yang dapat ditemukan, seperti seng karbonat dan seng glukonat (suplemen makanan), seng klorida (pada deodoran), seng pirition (pada sampo anti ketombe), seng sulfida (pada cat berpendar), dan seng metil ataupun seng dietil di laboratorium organik.
Dalam bahasa sehari-hari seng dimaksudkan sebagai pelat seng yang digunakan sebagai bahan bangunan. Senyawa pada seng diambil dari bahasa Belanda yaitu zink adalah unsur kimia dengan lambang kimia Zn, nomor atom 30, dan massa atom relatif 65,39. Ia merupakan unsur pertama golongan 12 pada tabel periodik. Beberapa aspek kimiawi seng mirip dengan magnesium. Hal ini dikarenakan ion kedua unsur ini berukuran hampir sama. Selain itu, keduanya juga memiliki keadaan oksidasi +2. Seng merupakan unsur paling melimpah ke-24 di kerak Bumi dan memiliki lima isotop stabil. Bijih seng yang paling banyak ditambang adalah sfalerit (seng sulfida). Kuningan, yang merupakan campuran aloi tembaga dan seng, telah lama digunakan paling tidak sejak abad ke-10 SM. Logam seng tak murni mulai diproduksi secara besar-besaran pada abad ke-13 di India, manakala logam ini masih belum di kenal oleh bangsa Eropa sampai dengan akhir abad ke-16. Para alkimiawan membakar seng untuk menghasilkan apa yang mereka sebut sebagai "salju putih" ataupun "wol filsuf". Kimiawan Jerman Andreas Sigismund Marggraf umumnya dianggap sebagai penemu logam seng murni pada tahun 1746. Karya Luigi Galvani dan Alessandro Volta berhasil menyingkap sifat-sifat elektrokimia seng pada tahun 1800. Pelapisan seng pada baja untuk mencegah perkaratan merupakan aplikasi utama seng. Aplikasi-aplikasi lainnya meliputi penggunaannya pada baterai dan aloi.



2.    Sifat Kimia Seng
Sifat kimiawi seng mirip dengan logam-logam transisi periode pertama seperti nikel dan tembaga. Ia bersifat diamagnetik dan hampir tak berwarna. Jari-jari ion seng dan magnesium juga hampir identik. Oleh karenanya, garam kedua senyawa ini akan memiliki struktur kristal yang sama. Pada kasus di mana jari-jari ion merupakan faktor penentu, sifat-sifat kimiawi keduanya akan sangat mirip. Seng cenderung membentuk ikatan kovalen berderajat tinggi. Ia juga akan membentuk senyawa kompleks dengan pendonor N- dan S-. Seng cukup reaktif dan merupakan reduktor kuat. Permukaan logam seng murni akan dengan cepat mengusam, membentuk lapisan seng karbonat, Zn5(OH)6CO3, seketika berkontak dengan karbon dioksida. Lapisan ini membantu mencegah reaksi lebih lanjut dengan udara dan air.
Seng yang dibakar akan menghasilkan lidah api berwarna hijau kebiruan dan mengeluarkan asap seng oksida. Seng bereaksi dengan asam, basa, dan non-logam lainnya Seng yang sangat murni hanya akan bereaksi secara lambat dengan asam pada suhu kamar. Asam kuat seperti asam klorida maupun asam sulfat dapat menghilangkan lapisan pelindung seng karbonat dan reaksi seng dengan air yang ada akan melepaskan gas hidrogen.

3.    Sifat Fisika Seng
Tampilan fisik pada logam seng ini yaitu seng memiliki warna putih kebiruan, berkilau, dan bersifat diamagnetik. Walau demikian, kebanyakan seng mutu komersial tidak berkilau. Seng sedikit kurang padat daripada besi dan berstruktur kristal heksagonal. Terdapat banyak sekali aloi yang mengandung seng. Salah satu contohnya adalah kuningan (aloi seng dan tembaga). Logam-logam lainnya yang juga diketahui dapat membentuk aloi dengan seng adalah aluminium, antimon, bismut, emas, besi, timbal, raksa, perak, timah, magnesium, kobalt, nikel, telurium, dan natrium.
Logam seng ini memiliki sifat keras dan rapuh pada kebanyakan suhu, namun menjadi dapat ditempa antara 100 sampai dengan 150 °C. Di atas 210 °C, logam ini kembali menjadi rapuh dan dapat dihancurkan menjadi bubuk dengan memukul-mukulnya. Seng juga mampu menghantarkan listrik. Dibandingkan dengan logam-logam lainnya, seng memiliki titik lebur (420 °C) dan tidik didih (900 °C) yang relatif rendah. Dan sebenarnya pun, titik lebur seng merupakan yang terendah di antara semua logam-logam transisi selain raksa dan kadmium.

B.    KOROSI PADA ATAP RUMAH YANG TERBUAT DARI SENG
Seng merupakan salah satu bahan yang digunakan pada bangunan yaitu untuk penutup atap. Seng untuk atap ini banyak di dapatkan di toko bangunan. Ketebalan seng pada atap rumah yang digunakan yaitu berkisar kurang dari 1mm dengan ukuran panjang dan lebar berkisar 1830 mm X 915 mm. Seng yang digunakan sebagai penutup atap ini membentuk profil gelombang dengan lebar profil pada seng yaitu 76 mm, sedangkan tinggi profilnya yaitu 16 mm. Banyaknya gelombang pada seng tiap lembaran yang digunakan untuk atap ada 10 buah. Seng dipilih sebagai bahan pembuat atap karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya memiliki bobot yang sendah, dari segi harga seng memiliki kelebihan yang relative murah dan terjangkau, serta pemasangan yang mudah sekaligus tidak memerlukan rangka atap yang terlalu banyak sehingga menghemat biaya,
Kelemahan penggunaan atap seng ini yaitu ketika hujan turun yang mengenai seng akan menimbulkan suara yang berisik dan air hujan yang banyak mengandung garam membuat seng pada atap rumah lebih mudah untuk terkena korosi ataupun karat. Selain kelemahan terhadap air hujan seng juga tidak mempunyai sifat isolasi panas & dingin artinya kalau udara di luar panas / dingin maka di dalam ruangan akan terasa lebih panas  / dingin  juga.
Berikut adalah tahapan-tahapan pengkorosian yang terjadi pada atap yang terbuat dari seng.
1.    Proses Awal yaitu mula terjadinya korosi pada atap rumah. Proses awal ini korosi yang terjadi masih sedekit sekali dan belum terlihat dengan terlalu jelas. Proses awal korosi pada atap yang terbuat dari seng seperti ditunjukan oleh gambar berikut ini.

2.    Setelah korosi mulai tampak pada atap rumah jika tidak segera dilakukan perlindungan maka korosi lambat laun akan menyebar dan penyebaran pada proses korosi kedua pada atap rumah ditunjukkan pada gambar berikut.
3.    Pada tahap ketiga penyebaran korosi semakin meluas dan mengkorosi hampir pada seluruh bagian lembaran seng. Berikut gambar proses pengkorosian ke-3 pada atap rumah yang terbuat dari seng.
4.    Tahap korosi pada atap rumah selanjutnya yaitu korosi melebar dan merata pada seluruh bagian atap yang terbuat dari seng. Korosi merata pada seng ditunjukkan oleh gambar berikut:
C.    PENYEBAB KOROSI PADA ATAP SENG
Sifat seng selama berada pada lingkungan atmosfir telah sering diperiksa pada tes yang dilakukan di seluruh dunia. Kinerja seng dalam lingkungan atmosfer dapat diramalkan dalam batas yang wajar. Perbandingan yang tepat dari perilaku seng pada lingkungan atmosfer yang korosif sedikit kompleks karena banyak faktor yang terlibat, seperti :
1.    Arah angin
2.    Intensitas asap korosif,
3.    Jumlah garam diudara
4.    Periode relatif dari kelembaban atau kondensasi dan kekeringan.
Secara umum diketahui bahwa laju korosi seng rendah; itu berkisar dari 0,13 pM / tahun di atmosfer pedesaan kering sedangkan untuk daerah industri yang lingkungan atmosfer lembab memiliki tingkat korosi 0,013 mm / tahun. Seng lebih tahan korosi daripada baja di atmosfer alam, pengecualian kondisi ini jika atmosfer dalam ruangan dimana lingkungannya korosif, baik baja dan seng sangat rentan terkena korosi tetapi tetap seng memiliki ketahanan yang lebih baik dari pada baja. Sebagai contoh, di atmosfer pantai laju korosi seng adalah sekitar 1 / 25 dari baja.
Faktor-faktor penting yang mengontrol tingkat di korosi seng yang digunakan untuk atap perumahan/ industri yaitu:
1.    Durasi dan frekuensi kelembaban
2.    Tingkat di mana permukaan mengering
3.    Tingkat polusi industri atmosfer.
Seng secara perlahan diserang oleh oksigen atmosfer pada udara kering,. Sebuah lapisan tipis oksida padat terbentuk pada permukaan seng, dan kemudian membentuk lapisan luar di atasnya. Meskipun kadang-kadang lapisan luar tersebut melepaskan diri, lapisan bawah tetap dan melindungi logam membatasi interaksi dengan oksigen. Dengan kondisi tersebut, yang terjadi di beberapa daerah beriklim tropis, seng teroksidasi dengan sangat lambat.
Atmosfer korosi telah didefinisikan untuk mencakup proses korosi yang terjadi di udara pada suhu antara -18 sampai 70 ° C di tempat terbuka dan di ruang tertutup dari segala jenis. Memburuknya korosi ini kadang-kadang disebut pelapukan. Definisi ini mencakup berbagai macam lingkungan dari tingkat corrosivities yang berbeda-beda. Faktor-faktor yang menentukan corrosivity atmosfer termasuk polusi industri, polusi laut, kelembaban, suhu (terutama penyebaran antara kelembapan tertinggi dan terendah yang mempengaruhi kondensasi dan penguapan) dan curah hujan.


D.    PROSES TERJADINYA KOROSI PADA SENG
Korosi dapat diartikan sebagai perubahan dari logam atau oksida logam atau perubahan logam dari yang bervalensi kosong menjadi berisi. Jadi korosi adalah logam-logam yang dapat berubah bilangan oksidasinya. Misalnya ; bilangan oksidasinya terus meningkat apabila terkena air maupun udara.
Contoh :    Seng terkena asam
Zn      +    2 HCl         -------------     ZnCl2    +     H2
Zn       -------------   Zn2+            
Artinya bilangan oksidasinya naik dari valensi kosong menjadi bervalensi 2
Pengertian korosi secara scientist adalah korosi sebagai peristiwa bereaksinya logam-logam dengan lingkungannya yang merusak sifat-sifat logam tersebut dan merugikannya. Peristiwa korosi seperti yang disebutkan di atas adalah peristiwa yang merugikan. Salah satu cara untuk menghindarinya adalah dengan mencat logam tersebut, tetapi harganya menjadi mahal.
Korosi logam melibatkan proses anodik, yaitu oksidasi logam menjadi ion dengan melepaskan elektron ke dalam (permukaan) logam dan proses katodik yang menyerap elektron tersebut dengan laju yang sama. Proses katodik biasanya merupakan reduksi ion hidrogen atau oksigen dari lingkungan sekitarnya.
Salah satu penyebab korosi pada atap seng adalah air hujan yang mengenai permukaan seng dimana mengandung asam.
Proses reaksi korosi dengan tingkat keasaman dalam lingkungan asam
Anode : Fe (s) → Fe2+(aq) + 2e [x 4] Eo = + 0,44 V
Fe2+(aq) → Fe3+(aq) + e [x 4] Eo = – 0,77 V
Katode : O2(g)+ 4H+(aq) + 4 e → 2 H2O (l) [x3] Eo = +1,23 V
Redoks : 4Fe(s) + 3O2(g) + 12H+(g) → 4Fe3+(aq) + 6H2O(l) Eo = +0,90 V
Ion Fe3+ yang terbentuk di anode kemudian teroksidasi lebih lanjut oleh air membentuk karat , besi (III) oksida :
4 Fe3+(aq) + 12 H2O (l) → 2 Fe2O3.6H2O (s) + 12H+ (aq) ( karat )



E.    KERUGIAN YANG DITIMBULKAN
Proses Korosi pada logam merupakan proses alamiah yang tidak bisa dicegah akan tetapi dapat dikendalikan. Dan apabila suatu komponen atau konstruksi mudah terkorosi pasti akan menimbulkan kerugian diantaranya:
-    Banyak komponen harus diganti dikarenakan terkorosi,
-    Pelanggan menjadi tidak puas karena produk mudah terkorosi
-    Masalah finansial yang rumit.
-    Kerugian dari segi keuangan yang membengkak karena korosi
Oleh karena itu pengembangan sumber daya manusia dan teknologi di dalam negeri, akan sangat membantu masyarakat untuk mendapatkan biaya penanggulangan yang relatif murah, dan mendapatkan alternatif pemecahan yang didasari oleh kemampuan sendiri.

F.    PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KOROSI PADA ATAP SENG
1.    Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan dalam menanggulangi terjadinya korosi pada atap seng ada 2 yaitu sebelum terjadi dan sesudah terjadi.
Sebelum terjadi korosi pencegahan yang dilakukan yaitu dengan cara:
    Pemberian lapisan cat dilakukan pada permukaan seng, sehingga faktor penyebab korosi tidak dapat mengenai seng secara langsung. Keunggulan lapisan cat pada sistem proteksi korosi mudah cara penerapannya, dapat dilapis ulang dan lapisannya memiliki nilai estetika. Faktor sangat penting yang mempengaruhi umur lapisan cat terletak pada kelayakan persiapan permukaan logam sebelum dilapisi cat.
    Pada permukaan seng diberi oli atau vaselin. Pemberian oli atau vaselin ini dapat menghambatan kontak langsung antara logam dengan oksigen atau air.
Setelah Terjadi korosi perlindungan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara:
    Mengecat kembali seng apabila seng masih terkorosi awal sampai tahap 3.
    Apabila Korosi pada seng sudah merata dan menyebabkan keropos seng maka tindakan yang dilakukan yaitu dengan mengganti dengan seng yang baru dikarenakan jika seng sudah terkorosi merata dan keropos yang sudah parah maka akan menyebabkan seng berlubang sehingga jika terjadi hujan maka air hujan akan bocor.

2.    Pengendalian
Penanganan pada atap seng yang bocor adalah dengan menambal, selain biaya yang murah juga saat pengerjaan tidak mengganggu aktifitas yang berada dibawah atap tersebut. Biaya penambalan atap 1 m2 ± Rp. 50.000,-. Sebuah pungujian menunjukkan pada tahun 2002 diadakan penambalan atap seng, hingga tahun 2008 ini kondisi atap yang ditambal masih terlihat baik.
Bahan yg diperlukan untuk penambalan
a.    Elastex (contoh menggunakan buatan Nippon Paint) Seperti gambar dibawah :
b.    HCL

c.    Mett 455 (Serat Fiber)
d.    Cromet (Contoh merk yang digunakan bodalax metal primer zinc 900)
c.    Cat Silver
 Cara perlindungan dengan pelapisan pada seng yang berlubang:
a.    Korosi dibersihkan dengan sikat kawat
b.    Kemudan dikawaskan HCL
c.    Setelah benar-benar bersih dicat dengan Bodelax.
d.    Setelah kering lapiskan Met dan Elastex.
e.    Kemudian dicat dengan cat warna silver
f.    (untuk warna cat dapat disesuaikan dengan warna seng)











 BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Pada seng atap rumah terjadi korosi merata, adalah korosi yang terjadi secara serentak diseluruh permukaan logam, oleh karena itu pada logam yang mengalami korosi merata akan terjadi pengurangan dimensi yang relatif besar per satuan waktu. Kerugian langsung akibat korosi merata berupa kehilangan material konstruksi, keselamatan kerja dan pencemaran lingkungan akibat produk korosi dalam bentuk senyawa yang mencemarkan lingkungan. Sedangkan kerugian tidak langsung, antara lain berupa penurunan kapasitas dan peningkatan biaya perawatan (preventive maintenance).
 Salah satu cara pencegahan serangan korosi/karat terhadap atap seng adalah dengan cara menggunakan lapisan bahan organik atau cat. Pemberian lapisan cat dilakukan pada permukaan seng, dan pengendalian yang dilakukan apabila sudah terkorosi dan berlubang tapi belum parah yaitu dengan penambalan pada seng yang terkorosi tersebut. Sedangkan apabila korosi sudah parah dan mengikis seng yang sangat banyak alangkah baiknya seng tersebt diganti dengan yang baru.

B.    SARAN
Saran dalam pengendalian korosi ini yaitu janganlah menunggu suatu komponen/ material terkorosi tetapi cegahlah sebelum korosi tersebut terjadi,dan pencegahan yang dilakukan dalam kasus ini yaitu pada atap seng adalah dengan mengecat atap seng dan memberikan oli agar menghambat laju korosi.






SEMBER REFERENSI

http://teknikkimia2001.blogspot.it/2009/02/pengertian-korosi_20.html diakses pada 5 januari 2014
http://mcnugraha.wordpress.com/category/jenis-korosi/ diakses pada 5 januari 2014
http://mcnugraha.wordpress.com/2011/05/02/jenis-jenis-korosi-2/ diakses pada 5 januari 2014
http://simplenotedap.blogspot.it/2011/12/korosi-pasa-seng.html diakses pada 5 januari 2014
http://www.ilmusipil.com/jenis-atap-rumah diakses pada 5 januari 2014
http://aprilina05.wordpress.com/2010/01/18/korosi-dan-pencegahannya-dalam-kehidupan-sehari-hari/ diakses pada 5 januari 2014











1 komentar:

  1. Baja dilapisi seng adalah salah satu cara mencegah korosi dimana ada ikatan metalurgi anra seng dengan benda yang dilapisi

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.